GAMEFINITY, Jakarta – Baloyskie dan Luke akan bangun rumah jika berhasil menjuarai MSC 2024. Kedua Player Geek Fam ini juga membocorkan sedikit bagaimana mengatur pendapatan mereka.
Luke dan Baloyskie menjadi pembicara untuk “Erasing Stigma in Esports with MSC 2024” pada Playoff MPL S13. Keduanya membicarakan bagaimana menghilangkan stigma yang ada di dunia esports.
Mulai dari stigma tentang Toxic, keuangan, hingga stigma orangtua yang menganggap esports hanya untuk bermain-main. Dalam keuangan sendiri, Roamer dan EXP Lane Geek Fam ini memiliki rencana untuk masa depan.
Ingin Bangun Rumah Impian untuk Masa Depan
MLBB Mid-Season Cup 2024 akan diadakan sebentar lagi, yaitu pada 28 Juni. Tidak lama setelah MPL S13 selesai. Tentunya, tiap tim juga sudah mempersiapkan diri untuk turnamen ini, salah satunya Geek Fam.
Baloyskie sendiri mengaku ingin menggunakan Prize Pool yang didapatkan untuk membangun rumah demi masa depan. Namun, syaratnya kalau mereka berhasil menjuarai turnamen tersebut. begitupun Luke, ia juga ingin membangun rumah.
EXP Lane Geek Fam ini menambahkan agar ia bisa tidur yang sekaligus ditinggali bersama dengan pacarnya. Tentunya, hal ini juga mengarah untuk menikah. Ternyata kedua Player ini juga sudah ada pikiran untuk menikah.
Tapi semua itu akan sia-sia jika tidak ada persiapan yang matang dan pengelolaan keuangan yang tepat. Roamer asal Filipina ini membeberkan bahwa gaji dan hadiah-hadiah yang ia dapatkan selama ini memiliki proposinya sendiri.
“Gw tuh gak habisin semua, harus ada saving for future. 50% sekarang buat rumah, terus yang lain buat Saving. Kalu bisa saving, saving,” jelas Baloyskie.
Sementara Luke memiliki jawaban yang lebih lucu. 30% dari gajinya ia tabung dan sisanya dihabiskan. Ternyata keduanya memiliki cara untuk me-Manage uang yang berbeda.
Tips dari Baloyskie dan Luke untuk Player yang Ingin Terjun ke Dunia Esports
Satu hal yang perlu diingat, tidak semua orang bisa dan memiliki mental untuk menjadi Pro-Player. Seorang pemain Game harus memiliki motivasi dan tekad yang bulat untuk menekuni itu. Apalagi stigma dari orangtua tentang Esports juga belum sepenuhnya baik.
“Harus love doing it, soalnya banyak yang mau jadi Pro-player tadi gak bisa Stay di esports. Soalnya mereka Not Doing The Right Way To Do Become Pro-Players, gak mau belajar. Jadi kalau mau Sacrifice banyak dan pro banget,” ungkap Baloyskie.
Memang ada banyak hal yang harus dikorbankan demi menjadi Pro-Player. Misalnya saja waktu.
Menjadi Pro-Player artinya mereka harus menghabiskan waktu untuk bermain Game. Belum lagi jika ada turnamen besar mendatang. Hal ini sudah harus dilatih sejak awal dan masalah ini juga yang ditentang oleh orangtua.
“Try hard aja, push rank meski kena omel, terus buktiin,” tutur Luke.
Post Terkait: